Dampak Industrialisasi terhadap Perubahan Sosial di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Teori Modernisasi dan Marxisme

Oleh : Haressa Lintang Rizkika

Semangat industrialisasi melalui program hilirisasi, tagline yang menjadi fokus utama pemerintah saat ini, tak pelak akan membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial dan pola interaksi masyarakat di Indonesia. Revolusi industri yang terjadi di negara-negara yang telah maju, prosesnya ditandai dengan peralihan dari produksi manual menjadi mekanis atau menggunakan mesin, yang mengakibatkan peningkatan volume dan kecepatan produksi secara substansial. Berdasarkan teori, dampak langsung dari perubahan ini adalah pengurangan tenaga kerja, di mana individu yang tidak memiliki keterampilan dalam penggunaan teknologi cenderung tersingkir dari pasar kerja. Di Indonesia, kita telah menyaksikan perubahan serupa, dengan migrasi besar-besaran penduduk dari pedesaan ke perkotaan dalam mencari pekerjaan di sektor industri.

 




Dampak tidak langsung dari industrialisasi terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia juga dapat dilihat dalam perubahan pola konsumsi yang dipengaruhi oleh produksi yang cepat dan besar. Industri-industri, seperti farmasi dan kecantikan, adalah contoh nyata bagaimana strategi pemasaran dan produksi massal telah mengubah cara masyarakat Indonesia memandang dan menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam industri farmasi, produk-produk obat-obatan dan suplemen kesehatan diproduksi dalam jumlah besar dan diarahkan untuk dijual kepada masyarakat. Perusahaan farmasi sering menggunakan strategi pemasaran yang menggambarkan produk mereka sebagai solusi instan untuk berbagai masalah kesehatan, mulai dari sakit kepala hingga gangguan pencernaan. Iklan-iklan ini menekankan pentingnya kecepatan dan efisiensi dalam mengatasi masalah kesehatan, menciptakan persepsi bahwa konsumsi obat-obatan adalah cara terbaik untuk merasa baik secara instan.


Di sisi lain, industri kecantikan juga memainkan peran besar dalam mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Berbagai produk skincare, kosmetik, dan perawatan tubuh diproduksi secara massal dan dipasarkan sebagai cara untuk mencapai penampilan yang dianggap ideal. Perusahaan kecantikan menggunakan berbagai strategi pemasaran untuk meyakinkan konsumen bahwa memiliki penampilan yang sempurna adalah kunci untuk merasa percaya diri dan sukses dalam kehidupan.


Nilai-nilai kapitalisme seperti kecepatan dan efisiensi juga memengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia. Masyarakat mulai mengutamakan produk-produk yang dapat memberikan hasil instan atau segera, tanpa memperhatikan implikasi jangka panjangnya. Kebutuhan untuk mendapatkan barang-barang dengan cepat dan tanpa kesulitan sering kali mendominasi keputusan pembelian, sehingga mendorong pertumbuhan industri dengan proses produksi yang lebih efisien.


Dampak Ekonomi dan Sosial Menurut Perspektif Marxisme


Teori Marxisme klasik menyoroti dampak eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal (bourgeoisie) dalam sistem kapitalisme yang muncul dari industrialisasi. Hal ini tercermin dalam kondisi kerja yang seringkali tidak menguntungkan bagi pekerja, dengan upah rendah, jam kerja panjang, dan akses terbatas terhadap kebutuhan dasar seperti perumahan layak, pendidikan, dan layanan kesehatan. Di Indonesia, perubahan ekonomi yang dihasilkan oleh industrialisasi telah meningkatkan ketidaksetaraan dan memperburuk kualitas hidup bagi masyarakat pekerja, terutama mereka yang berada di tingkat bawah dalam rantai produksi.




Dalam konteks politik, industrialisasi juga berdampak pada dominasi kelas borjuis dalam pemerintahan, yang bertujuan untuk mempertahankan struktur ekonomi yang menguntungkan mereka. Implikasinya adalah meningkatnya ketidaksetaraan dan penindasan terhadap masyarakat massa, dengan kebijakan politik yang lebih menguntungkan pihak yang memiliki modal dan kekuatan ekonomi.


Perusahaan-perusahaan besar atau konglomerat yang terlibat dalam sektor industri memiliki kepentingan ekonomi yang besar dan sering kali memiliki koneksi politik yang kuat. Mereka dapat memengaruhi pembuatan kebijakan melalui lobbying, sumbangan kampanye, atau bahkan keterlibatan langsung dalam proses politik. Dalam beberapa kasus, individu yang memiliki kepemilikan atau kepentingan dalam perusahaan-perusahaan besar tersebut bahkan dapat menjabat dalam posisi pemerintahan yang kunci, baik sebagai pejabat tinggi maupun anggota parlemen.


Dalam sektor industri tertentu seperti pertambangan atau energi, perusahaan-perusahaan besar seringkali memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan kebijakan terkait regulasi lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam, atau pajak. Keputusan-keputusan ini seringkali cenderung menguntungkan kepentingan perusahaan dan kelas borjuis, sementara mungkin tidak selalu mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh terhadap masyarakat luas atau lingkungan.


Dampak dominasi kelas borjuis dalam pemerintahan juga tercermin dalam alokasi anggaran dan kebijakan pembangunan. Proyek-proyek infrastruktur besar yang didukung oleh perusahaan-perusahaan besar atau konglomerat sering mendapatkan prioritas, bahkan jika itu berarti mengorbankan proyek-proyek pembangunan yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat luas seperti infrastruktur pendidikan, kesehatan, atau transportasi umum.


Selain itu, kelas borjuis juga memiliki akses yang lebih besar terhadap media dan saluran komunikasi lainnya, yang dapat digunakan untuk memengaruhi opini publik dan membentuk narasi yang mendukung kepentingan mereka. Melalui kepemilikan media atau hubungan yang erat dengan outlet media, kelas borjuis dapat mengontrol bagaimana berita dan informasi disampaikan kepada masyarakat, seringkali dengan tujuan mempromosikan agenda politik atau ekonomi mereka sendiri.


Peran Hegemoni Budaya dalam Konteks Indonesia


Teori Neo-Marxis menekankan peran hegemoni budaya yang digunakan oleh kelas dominan (bourgeoisie) untuk mempertahankan kontrol mereka. Di Indonesia, hal ini tercermin dalam bagaimana media massa, pendidikan, dan lembaga budaya lainnya digunakan untuk memanipulasi kesadaran masyarakat, menjadikan mereka menerima kondisi ekonomi dan politik yang merugikan sebagai sesuatu yang alami atau tak terhindarkan. kita dapat melihat bagaimana media massa di Indonesia seringkali dikendalikan oleh kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang memiliki hubungan dekat dengan kelas dominan atau elit ekonomi. Misalnya, beberapa stasiun televisi besar atau portal berita online dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kepentingan dalam industri tertentu. Dengan demikian, pemberitaan atau narasi yang disajikan cenderung mencerminkan sudut pandang atau agenda dari kelompok-kelompok tersebut. Dengan demikian, perubahan ekonomi dan politik yang dihasilkan oleh industrialisasi tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara langsung melalui kondisi materi, tetapi juga melalui pengendalian ideologis yang digunakan untuk mempertahankan status quo.


Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk memperhatikan dampak industrialisasi secara holistik. Perlu ada upaya untuk melindungi hak-hak pekerja, mengurangi ketidaksetaraan, dan memastikan distribusi manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang adil. Reformasi struktural dalam sistem ekonomi dan politik juga diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan yang semakin meningkat dan memastikan bahwa perubahan ekonomi diikuti oleh peningkatan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.


Dengan demikian, kesadaran akan perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi sebagai akibat dari industrialisasi di Indonesia harus diperluas. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya, langkah-langkah dapat diambil untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh proses ini untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat secara keseluruhan.